-->

Daerah

Iklan


Begini Penjelasan Kepsek SMA Batuan Soal Meninggalnya Siswa Yang Diduga Dipukul Gurunya

Portalindonesia.co
3/20/2019, 08:16 WIB Last Updated 2019-03-23T04:41:50Z
Salehudin, Kepala Sekolah SMA Batuan saat dimintai konfirmasi media di kantornya, Rabu (20/3/2019). (Foto Fjr/Portalindonesia.co)

SUMENEP, Portalindonesia.co – Kepala Sekolah (Kepsek) SMA Batuan, Angkat bicara soal viralnya pemberitaan sejumlah media terkait siswa SMA di Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang diduga mati karena dipukul gurunya menggunakan gayung.

Salehudin, selaku Kepsek SMAN Batuan, menyatakan jika pemberitaan yang ditulis sejumlah media itu, hanya sepihak, dan tidak sesuai dengan fakta yang sebenarnya.

Sebab menurutnya, peristiwa pemukulan siswa tersebut, sudah terjadi sekitar lima bulan lalu.

Namun, pasca peristiwa itu siswa malang yang diketahui berinisial ADR (17), masih aktif mengikuti mata pelajaran, hingga akhirnya sakit dan meninggal dunia di salah satu rumah sakit di Pamekasan.

“Kejadian yang katanya si guru memukul murid tersebut sudah sekitar 5 bulan yang lalu. Dan bukan pukulan yang keras melainkan hanya patokan yang di lakukan si guru ke dahi si murid menggunakan  gayung, yang memang sudah pecah,” kata Salehudin, Kepsek SMAN Batuan kepada sejumlah awak media di kantornya, Rabu (20/3/2019).


BACA JUGA: 

Dilaporkan ke Polisi, Siswa SMA Batuan Meninggal Diduga Akibat Dianiaya oleh Oknum Guru


Menurutnya,  mengapa siswa itu dipukul, (dipatok red) karena si murid tidak mengerjakan tugas, yang diperintahkan gurunya si guru.

“Bahkan saat itu bukan hanya satu siswa itu yang di patok, melainkan temen satu bangkunya pun dipukul karena tidak mengerjakan tugas juga,” terangnya.

Bahkan Salehudin menegaskan jika tidak ada kekerasan saat itu. Dan hal itu bisa ditanyakan kepada teman sebangkunya, yang juga ikut dipukul.

“Kesaksian teman sebangkunya itu sudah cukup menjadi bukti, bahwa tidak ada  tindak kekerasan yang di lakukan oleh guru waktu itu,” paparnya.

Sedangkan saat disinggung mengenai sakitnya siswa malang itu, serta gumpalan darah pada otak begian belakangnya, Kepsek SMA Batuan mengaku sudah mendapatkan informasi mengenai hal itu.

Apalagi, ada salah satu pihak yang mengatakan ada benjolan di kepala bagian belakang si siswa, dan mata sebalah kiri si siswa terlihat bengkak.

“Dan setelah didiagnosis oleh pihak kedokteran, ternyata bengkak dan benjolan yang ada di kepala si siswa itu, bukan karena benturan bendara keras, malikan diduga akibat dari radiasi hp. Itu amat masuk akal,  karena setiap kali mengikuti KBM, siswa itu sering tidur. Tapi setelah jam istirahat, dia terlihat seringa main hp,” tegasnya.

Sedang atas viral pemberitaan siswa meninggal dipukul gurunya, pihak keluarga si murid dan aparat desanya, datang ke sekolah untuk meminta maaf, dan berjanji tindak akan melanjutkan laporannya ke kantor polisi.

Selain itu, keluarga si murid bersumpah akan membela pihak sekolah.

“Tapi jika kasus ini terpaksa dilaporkan ke kantor polisi, maka pihak sekolah akan melakukan pembelaan,” pungkasnya.

Diberikan sebelumnya, Ibu korban Restiani, didampingi kuasa hukumnya Wiwik Hawiyah Karim SH, melaporkan oknum guru yang diduga melakukan tidakan pemukulan kepada salah siswa kelas 11 A SMA Batuan inisial ADR (17), ke Mapolres Sumenep, Madura, Jawa Timur, Selasa (19/03/2019).

Tidakan pemukulan oknum guru tersebut mengakibatkan inisial ADR (17) meninggal di rumah sakit di Pamekasan.

Sebagaimana informasi yang dihimpun media ini di lapangan, peristiwa nahas tersebut bermula saat ADR (17), yang duduk dibangku kelas 11 A (SMA) Batuan, mengikuti mata pelajaran agama yang diajarkan oleh terduga.

Namun, saat jam pelajaran berlangsung, ADR dikabarkan tidak mengerjakan tugas dan malah tertidur di bangkunya.

Sehingga, oknum guru yang sedang memberikan mata pelajaran agama marah dan memukul korban dengan gayung mengena pada bagian kepalanya.

“Selang berapa lama dari peristiwa itu, korban mengalami pusing dan kejang-kejang. Oleh karenanya, kami membawa korban ke Puskemas lenteng. Namun di sana tidak sanggup, hingga kami membawa korban ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moh Anwar Sumenep,” terang  Restiani, kepada sejumlah media.

Namun, oleh pihak rumah sakit umum daerah korban disarankan dirujuk ke rumah sakit Pamekasan lantaran keterbatasan peralatan.

Dan sesampainya di rumah sakit Pamekasan, Dokter menyatakan bahwa ada pembekuan darah akibat benturan benda keras di kepala korban.

Hal itu dibuktikan dari hasil foto Rontgen, dan diketahui jika di kepala korban ada pembekuan darah, khususnya di otak belakang.

“Makanya korban sempat mengalami kejang-kejang, karena pada otak bagian belakangnya ada pembekuan darah. Selanjutnya oleh dokter rumah sakit Pamekasan, korban disarankan dirujuk ke rumasakit surabaya,” papar Restiani.

Namun nahas, sebelum keluarga korban membawa ADR ke rumah sakit di Surabaya, korban menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Senin (18/3/2019).

Sementara Kasubag Humas Polres Sumenep AKP Moh. Heri membenarkan adanya laporan penganiayaan siswa oleh oknum guru di SMA Batuan.

Dan pihaknya mengaku akan segera membentuk tim untuk melakukan penyelidikan terkait kasus penganiayaan oknum guru hingga menyebabkan korban meninggal.

Sedangkan Wiwik Hawiyah Karim SH, selaku kuasa hukum korban, berharap Penyidik Polres Sumenep, khususnya Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) agar secepatnya memproses kasus tersebut dan segera menangkap pelakunya.

“Harapan kami, penyidik segera memproses kasus ini, dan menidak pelakunya sesuai hukum yang berlaku,” pungkasnya. (Fjr)
Komentar

Tampilkan

Terkini